ANALISIS PENGARUH RENT SEEKING PADA TATANIAGA KOMODITAS CABAI MERAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI PETANI CABAI DESA JEBLOG, KABUPATEN BLITAR)

Anisah Ulfa Hidayati

Abstract


Indonesia merupakan negara agraris dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, salah satu komoditas unggulan adalah komoditas hortikultura. Cabai merah saat adalah salah satu komoditas andalan petani sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai nilai sosial ekonomi yang tinggi (Sugiarti, 2003). Seiring dengan berkembangnya industri pangan nasional, cabai merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Cabai merah merupakan bahan   pangan yang memiliki prosepek usaha dan permintaan yang cerah. Permintaan cabai merah kedepannya diperkirakan akan    terus meningkat, seiring  dengan  meningkatnya    pertumbuhan jumlah  penduduk dan  industri makanan yang menjadikan cabai sebagai bahan baku utama.  Kabupaten Talun   merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang merupakan penghasil cabai merah. Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar. Selama ini permasalahan petani cabai merah di Desa Jebog adalah rendahnya daya tawar, di mana petani hanya dapat menyalurkan hasil panennya kepada pedagang pengumpul dan hanya terdapat dua pedagang pengumpul sehingga petani tidak mempunyai alternatif lain untuk dapat meningkatkan posisi tawarnya. Adanya gap antara permintaan dan produksi cabai menciptakan peluang bagi segelintir orang   melakukan praktik rent seeking yang pada akhirnya akan merugikan pihak yang lemah dan hanya akan menguntungkan pihak yang kuat/ memiliki kekuasaan.

Pendekatan yang dilakukan untuk menjawab permasalahan pada tataniaga cabai merah dilakukan melalui analisis deskriptif terhadap analisis saluran, lembaga, dan fungsi tataniaga, analisis struktur dan perilaku pasar. Selain itu, analisis secara kuantitatif juga dilakukan melalui pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya serta analisis harga untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar dan biaya transaksi. Berdasarkan semua pendekatan tersebut dapat diketahui bahwa pasar yang terbentuk pada komoditas cabai di Desa Jeblog adalah oligopsoni karena hanya ada satu pedagang pengumpul yang menampung langsung keseluruhan hasil pertanian cabai merah dari petani di Desa Jeblog (kasus pada petani kontrak)dan beberapa penjual di setiap tingkat lembaga tataniaga lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis saluran tataniaga cabai merah di Desa Jeblog. Saluran pemasaran yang pertama adalah kelompok tani yang tidak terikat kontrak, sedangkan saluran yang kedua adalah kelompok tani yang terikat kontrak dengan tengkulak di mana tengkulak tersebut juga memiliki kedudukan sosial sebagai Ketua RW. Peran Tengkulak yang juga menjabat sebagai Ketua RW kemudian memunculkan fenomena client busissnesman pada tataniaga cabai. Petani yang tidak terikat kontrak oleh tengkulak bebas untuk memilih tengkulak yang akan membeli hasil panennya.

Secara  operasional jika  dilihat  dari biaya  transaksi serta analisis efisiensi dari  dua  saluran tataniaga cabai merah yang ada, saluran  1 (petani non kontrak) merupakan saluran tataniaga yang paling efisien. Hal ini terlihat dari marjin tataniaga yang rendah, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya yang paling tinggi. Pada intinya analisis efisiensi tataniaga cabai merah ini adalah ingin memberikan alternatif  bagi  petani  dalam  memilih  saluran  tataniaga  yang memberikan keuntungan paling  besar, sehingga dapat meningkatkan bagian harga yang diterima oleh petani. Sedangkan pada saluran pemasaran kedua terdapat perbedaan margin yang lebih dari 30% pada masing-masing rantai tataniaga, hal ini disebabkan oleh pasar yang terbentuk adalah oligopsoni.

Kata Kunci : Rent Seeking, Efisiensi Cabai, Saluran Pemasaran


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.