PERSEPSI PEDAGANG MENGENAI RELOKASI DAN PASAR TERPADU (Studi Kasus di Pasar Merjosari dan Pasar Terpadu Dinoyo)

DEKA VITRONY

Abstract


Pasar tradisional merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia yang jumlahnya sangat banyak dibanding dengan pasar moderen, namun jumlahnya terus menerus mengalami penurunan. Salah satu penyebab utamanya adalah mengenai fasilitas pasar tradisional yang cenderung masih di bawah pasar moderen, untuk itu pemerintah menggalakkan program revitalisasi untuk seluruh pasar tradisional di Indonesia. Beberapa pasar direvitalisasi dan timbul dualisme pembangunan ekonomi, karena pasar tradisional dibangun berdampingan tepat di samping pasar tradisional, seperti yang terjadi di Kota Malang Pasar Tradisional Dinoyo dengan “Dinoyo City Mall”. Setelah proses revitalisasi selesai dan perintah relokasi dari PPS Merjosari menuju Pasar Terpadu Dinoyo sudah diturunkan, terjadi perselisihan antara pihak pedagang dengan pihak Pemerintah Kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi pedagang mengenai relokasi dan pasar terpadu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini, yaitu terdapat empat poin penting yang dititikberatkan oleh para pedagang mengenai proses relokasi dan berdirinya pasar terpadu ini, di antaranya adalah kondisi kios yang berubah mulai dari harga sampai dengan kelayakan, perubahan biaya retribusi dari murah ketika di PPS Merjosari, kemudian menjadi mahal ketika di Pasar Terpadu Dinoyo, kemudian konsumen yang terbagi karena semua pedagang lama tidak berkumpul pada satu tempat dan fasilitas kedua tempat tersebut agak sedikit berbeda, dan yang terakhir adalah dualisme ekonomi yang justru para pedagang merasakan dampak positifnya.

Kata kunci: persepsi, relokasi, pembangunan ekonomi, dualisme pembangunan ekonomi, pasar modern, pasar tradisional, pasar terpadu, konsumen


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.